Lintasan Baru Dipuji Pembalap, Begini Teknologi Aspal Sirkuit Mandalika

Perbaikan Sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), telah rampung sepekan sebelum pergelaran MotoGP 2022 dimulai.

Melalui perbaikan tersebut, lintasan Sirkuit Mandalika dipuji oleh pebalap yang merasakan perbedaan kualitas lintasan dibandingkan saat tes pra-musim pada 11-13 Februari 2022.

Adapun perbaikan dilakukan ][-karena sejumlah pebalap mengeluhkan kondisi lintasan yang kotor, berdebu, aspal terkelupas hingga kerikil dan batu kecil yang terlontar pada sesi tes pramusim lalu.

“Terasa berbeda, terakhir kali saat tes pramusim batu-batu terlempar, kali ini (serpihan) lebih kecil, jadi ini lebih baik,” ujar salah satu pebalap, Fabio Quartararo, dilansir dari Antara, Sabtu (19/3/2022).

Setelah diteliti, masalah ini kemungkinan ditimbulkan oleh kualitas batu pada campuran agregat yang pipih dan kotor sehingga tidak bisa terikat dengan baik.

Menanggapi keluhan itu, Dorna Sports dan Federation Internationale de Motocyclisme (FIM) mengidentifikasi dua area yang perlu mendapatkan pengaspalan ulang, yaitu pada lintasan sebelum tikungan 17 hingga setelah tikungan 5 atau sekitar 17,5 persen dari total lintasan.

Selain itu, Sirkuit Mandalika juga berhasil memperoleh peringkat tertinggi atau homologasi Grade A dari FIM, Dorna Sports dan IRTA melalui track inspection pada hari Kamis (17/3/2022).

Dengan perolehan tersebut, Sirkuit Mandalika dinyatakan layak untuk menggelar balapan Pertamina Grand Prix of Indonesia MotoGP 2022 pada akhir pekan ini.

“Grade A adalah grade tertinggi yang dimiliki FIM dan juga berarti, sirkuit kami sangat layak untuk menggelar event MotoGP,” ungkap Direktur Utama Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Abdulbar M. Mansoer.

Lebih lanjut, Sirkuit Mandalika diketahui menggunakan teknologi aspal yang baru diterapkan di tiga sirkuit di seluruh dunia. Ini membuat Sirkuit Mandalika menambah daftarnya menjadi yang ke-4.

Teknologi aspal yang digunakan yakni Stone Mastic Asphalt (SMA), yang merupakan campuran aspal untuk melapisi permukaan atas aspal.

SMA adalah campuran jenis aspal dengan open graded. Artinya kehalusan yang diberikan oleh aspal tidak kontinu seperti pada hot mix asphalt.

Tujuannya, memperkuat struktur lapisan permukaan dengan prinsip kontak stone by stone. Sehingga volume aspal yang dipergunakan pun menjadi kecil.

Direktur Kontruksi dan Pengembangan dari Mandalika Grand Prix Associaton (MGPA) Dwianto Eko Wiryanto menyampaikan, tidak semua sirkuit di dunia menggunakan campuran SMA.
Karena salah satu jenis aspal campuran ini terbilang baru mulai digunakan pada tahun 2014-2015.

“Dengan tipe aspal Stone Mastic Asphalt (SMA), memberikan makro tekstur yang lebih baik buat pebalap,” katanya dalam konferensi virtual yang dikutip Kompas.com.

Pengamat Perkerasan Jalan dan Aspal yang pernah menjabat sebagai Direktur Bina Teknik Bina Marga Kementerian PUPR Purnomo menambahkan, penggunaan SMA akan memberikan hasil akhir permukaan aspal mirip seperti kulit jeruk sunkist.

“Maka batuannya harus muncul sedikit-sedikit, sehingga bisa tidak licin dan tidak terjadi aquaplaning,” jelas Purnomo saat dihubungi Kompas.com, Selasa (15/2/2022).

Purnomo mengatakan, batuan untuk campuran aspal ini harus memiliki bentuk kubik, tidak pipih, tidak lunak dan tidak kotor.

Sejatinya, penggunaan batuan pipih atau dengan kondisi kotor masih diperbolehkan. Tetapi khusus pada lapisan atau layer 5 sentimeter teratas, batu yang digunakan wajib sesuai dengan kriteria.

Sedangkan, ketebalan lapisan hot mix yang dibutuhkan untuk sebuah sirkuit dengan keamanan dan keselamatan pengendara yang tinggi adalah sekitar 15-18 sentimeter.

Karena mengandalkan perekatan batu, campuran aspal ini memiliki komposisi batu yang lebih banyak dibandingkan dengan komposisi aspal dan bahan lain.

Hal itu yang menyebabkan Sirkuit Mandalika menggunakan tipe aspal PG 82 atau jenis aspal yang bisa bekerja hingga temperatur 82 derajat celcius dan tidak akan meleleh, sehingga tetap mampu mengikat batu.
“Jadi kami di sini menggunakan performance grade 82, karena sebelumnya paling tinggi hanya 76,” tandas Dwi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *