JAKARTA – Sekolah Tinggi Manajemen Pariwisata dan Logistik Lentera Mondial atau dikenal Lemondial Business School (LBS) menggelar Seminar Kebangsaan pada Jumat, (14/6/2024).
Seminar ini diselenggarakan secara hybrid dengan 100 peserta secara offline di Aula LBS dan 80 peserta online (zoom) dihadiri beberapa narasumber ternama dengan latar belakang profesi yang berbeda-beda.
Salah satu narasumber Yosi Mokalu atau Yosi Project Pop tampil sebagai pembicara dan memberikan inspirasi bagi generasi muda. Musisi tanah air ini mengajak mahasiswa dan pelajar untuk melihat Pancasila sebagai ideologi negara ini dan sebagai identitas yang penting dalam hidup,” ujarnya.
Yosi mengajak generasi muda melakukan dua hal pokok; berpikir absolut dan peduli pada kehidupan berbangsa dan bernegara. Kepedulian ini berpuncak pada sikap rela berkorban, sedangkan berpikir absolut maksudnya adalah suatu kesadaran akan eksistensi diri dengan misalnya menerima kenyataan bahwa kita lahir dan hidup di negara seperti Indonesia yang majemuk. “Kalau teman-teman masih mulai mencari identitas, mulailah dengan berpikir absolut. Kamu adalah kamu, diciptakan untuk Indonesia dan manfaat untuk Indonesia,” pungkasnya.
Selain Yosi, hadir juga Kolonel Inf. Adang Suherlan, S.Sos selaku Kepala Sub Direktorat Lingkungan Pendidikan Direktorat Bela Negara Kementerian Pertahanan RI dan Ary Lestari, S.E., M.Han. selaku Ketua Umum Pemuda Pemudi Bela Negara (PPBN) Republik Indonesia.
Dalam pemaparannya dengan tema “Pancasila dalam Pendidikan”, Kolonel Adang mengakui bahwa realitas kebangsaan dewasa ini cukup ironis dan bahkan mengarah kepada ancaman atau bahaya. Telah terjadi degradasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat, termasuk di kalangan Generasi Z.
“Sangat ironis, kalau zaman dulu Pancasila itu di luar kepala, sekarang anak-anak lebih tahu yang lain. Mudah-mudahan dengan kesempatan kita mulai menyadari bahwa kita ini bangsa yang besar. Mungkin perlu melihat 10 tanda kehancuran bangsa apabila kita tidak peduli dengan masalah ini,” katanya.
Senada dengan Yosi dan Kol. Adang, Ary Lestari dalam paparannya berjudul “Pengamalan Pancasila pada Pekerjaan” menegaskan bahwa Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di lingkungan pekerjaan.
Di tengah disrupsi teknologi 4.0, mahasiswa atau pelajar adalah generasi terdidik yang akan memasuki dunia kerja yang kompetitif sehingga mereka perlu memiliki sikap, perilaku dan komitmen yang kuat pada nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara. “Pancasila sebagai ideologi nebara tidak bisa diganggu gugat opleh ideologi apapun,” tandasnya.
Di tempat yang sama, Ketua Yayasan Maria de Fatima, M. Hanafi selain mengucapkan terima kasih atas terselenggaranya seminar hari ini, juga menjelaskan situasi konkret bahwa banyak industri tidak begitu memberikan atensi pada nama besar kampus atau status akreditasi perguruan tinggi ketika mereka merekrut pekerja.
Menurut dia, hal yang esensial dalam rekrutmen tenaga kerja telah bergeser dari kualitas perguruan tinggi kepada kualitas diri seorang tenaga kerja. Kompetensi dan soft skill adalah dua hal pokok yang menjadi acuan atau KPI industri zaman mutakhir dan soft skill tersebut diasah melalui fondasi pembentukan karakter yang mumpuni oleh perguruan tinggi. Salah satunya melalui penguatan literasi nilai-nilai Pancasila.
“Di dunia industri, kami tidak terlalu peduli dengan nama besar sebuah kampus. Kami tidak mempertanyakan akreditasi kampus kamu apa. Orang Amerika mengatakan ‘you get paid what you deliver’. Kalau kita bekerja tidak menghasilkan tidak mungkin dibayar,” tandas Hanafi.
Dihubungi secara terpisah, Ketua panitia kegiatan, Filipus Reza Pradipta menyampaikan bahwa melalui kegiatan ini diharapkan Generasi Z semakin menyadari akan pentingnya mengamalkan nilai-nilai Pancasila di dalam kehidupan, baik kuliah maupun bekerja.
“Dalam rangkaian hari Pancasila ini, Lemondial juga mengadakan lomba pembuatan video dengan hadiah total hingga 2,2 Miliar rupiah, demi mengajak generasi Z semakin bersemangat dalam membawa nilai-nilai Pancasila di masa kini, terima kasih buat semua yang telah berpartisipasi. ” tutup Filip, sapaan akrabnya.