JAKARTA – Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa hubungan sosial yang kuat dapat memperpanjang usia seseorang. Sebuah penelitian dari Brigham Young University menganalisis 148 studi sejak tahun 1900 yang membahas keterkaitan antara hubungan sosial dan kelangsungan hidup. Dari total 308.849 peserta yang diteliti selama rata-rata 7,5 tahun, hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang memiliki hubungan sosial yang kuat memiliki kemungkinan 50% lebih tinggi untuk tetap hidup dibanding mereka yang merasa kesepian dan terisolasi.
Faktanya, memiliki kehidupan sosial yang memuaskan sama bermanfaatnya dengan berhenti merokok, bahkan mungkin lebih penting daripada olahraga dan mengatasi obesitas.
Penelitian ini juga menyoroti konsep “stress buffering,” yaitu bagaimana dukungan sosial membantu seseorang menghadapi stres akibat penyakit, kehilangan orang terkasih, atau tantangan hidup lainnya. Dengan mengurangi stres, tubuh tidak akan memproduksi hormon yang melemahkan sistem imun dan meningkatkan risiko penyakit jantung serta stroke.
Selain itu, memiliki hubungan sosial yang kuat juga mendorong seseorang untuk lebih peduli terhadap kesehatannya dan memberikan makna hidup—faktor lain yang berkontribusi pada umur panjang. Namun, pertanyaan yang masih sulit dijawab adalah apakah keterlibatan sosial membuat seseorang lebih sehat atau justru kesehatan yang baik memungkinkan mereka tetap aktif secara sosial?
Terlepas dari itu, para peneliti menyimpulkan bahwa hubungan sosial seharusnya dianggap sama pentingnya dengan faktor risiko lain yang mempengaruhi angka harapan hidup.
Pengaruh Pola Pikir terhadap Penuaan Selain hubungan sosial, keyakinan seseorang tentang penuaan juga berpengaruh terhadap kesehatannya di masa tua. Becca Levy, seorang profesor epidemiologi dan psikologi dari Yale University, telah melakukan banyak penelitian yang menunjukkan bahwa cara kita memandang usia tua bisa menentukan kualitas hidup kita nantinya.
Orang-orang yang menganggap usia tua sebagai masa yang penuh kebijaksanaan, bukan sekadar fase kelemahan, cenderung memiliki kesehatan yang lebih baik di kemudian hari. Saat Levy mengunjungi Jepang sebagai mahasiswa, ia melihat bagaimana budaya Jepang sangat menghormati para lansia. Setiap bulan September, negara ini merayakan “Keiro No Hi” atau Hari Penghormatan Lansia, di mana para lansia mendapat makanan gratis dan anak-anak sekolah mengirimkan makanan kepada mereka yang tinggal sendiri.
Levy menyadari bahwa orang tua di Jepang tidak dipandang sebagai “beban” atau “tidak berguna,” melainkan sebagai individu yang dihormati. Penelitiannya menunjukkan bahwa orang berusia 50 tahun ke atas yang memiliki pandangan positif tentang penuaan lebih mampu menjalani aktivitas harian seperti berjalan jauh atau membersihkan rumah dibandingkan mereka yang pesimis tentang usia tua. Bahkan, orang yang memiliki pandangan positif tentang penuaan lebih mungkin untuk pulih sepenuhnya dari cedera serius.
Pandangan Positif Mencegah Penurunan Kognitif Levy juga menemukan bahwa orang-orang dengan pola pikir positif tentang usia tua memiliki risiko lebih rendah terkena demensia, bahkan jika mereka memiliki gen APOE ε4 yang meningkatkan kemungkinan Alzheimer. Mereka yang berpikir positif tentang penuaan 47% lebih kecil kemungkinannya mengalami demensia dibandingkan mereka yang memiliki pandangan negatif.
Selain itu, orang yang memandang usia tua sebagai sesuatu yang buruk lebih rentan mengalami penyusutan hippocampus, bagian otak yang berperan penting dalam memori. Salah satu temuan paling menarik adalah bahwa orang-orang dengan pandangan paling positif tentang penuaan hidup rata-rata 7,5 tahun lebih lama dibanding mereka yang memiliki pandangan paling pesimis.
Bagaimana Pikiran Bisa Memengaruhi Tubuh? Levy menjelaskan bahwa orang yang memiliki mindset positif tentang penuaan lebih mampu mengendalikan hidupnya, membuat keputusan yang sehat, serta lebih rajin menjaga pola makan dan berolahraga. Mereka juga memiliki kadar hormon stres yang lebih rendah.
Kabar baiknya, pola pikir ini bisa diubah! Dalam salah satu eksperimen Levy, ia meminta peserta menulis tentang kehidupan seorang lansia yang sehat dan bahagia selama empat minggu. Hasilnya, persepsi negatif mereka tentang penuaan menurun secara signifikan.
Kunci Panjang Umur
Semakin banyak penelitian yang menunjukkan bahwa berpikir positif tentang penuaan bisa berdampak besar pada kesehatan kita. Levy sendiri terinspirasi dari ibunya yang tetap aktif dan tidak pernah mengeluh tentang usianya.
“Aku tidak terlalu tua untuk berjalan, berdansa, atau melakukan apa pun yang kusukai,” kata ibunya.
Dari sini kita belajar bahwa bukan usia yang membatasi kita, melainkan cara kita memandangnya. Jadi, apakah kamu siap untuk melihat masa tua dengan lebih positif?
Sumber : Kompas.com