Konservasi Badak dari Ujung Sumatera

LAMPUNG – Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) menjadi satwa yang statusnya kini sangat terancam punah. Diperkirakan, Badak Sumatera hanya ada 70 ekor di seluruh dunia dan tidak diketahui berapa yang masih hidup di alam liar. Sepuluh ekor di antaranya kini hidup di suaka konservasi semi in-situ di Suaka Rhino Sumatera (SRS) Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Lampung Timur.

Di suaka yang masuk kawasan hutan itu, upaya pelestarian badak bercula dua ini terus berlangsung hingga sekarang.

Koordinator Tim Medis dan Keeper SRS, drh Dedy Surya Pahlawan, mengatakan, upaya pelestarian Badak Sumatera ini sangat sulit.

Ada beberapa faktor, selain perburuan liar, yang membuat upaya pelestariannya harus dilakukan secara hati-hati dan terukur.

“Faktor pertama, Badak Sumatera ini hidupnya soliter atau sendirian, bahkan setelah masa sapih anaknya, dia akan kembali hidup soliter,” katanya saat diwawancarai Kompas pada Minggu (16/2/2025) pagi.

Karena itu, perjumpaan antara badak betina dan jantan akan sangat jarang terjadi di alam liar. Bahkan, hingga kini, sangat kecil kemungkinannya penampakan badak liar di TNWK.

Tim peneliti TNWK sendiri hanya pernah menemukan satu kubangan di tengah hutan setelah berbulan-bulan mencari.

“Dari kubangan itu, setelah diteliti, ternyata mengandung DNA Badak Sumatera. Jadi, di alam liar memang masih ada, tetapi penampakannya tidak pernah terlihat,” kata Dedy.

Faktor lain yang membuat upaya pelestarian Badak Sumatera ini sangat sulit adalah masa birahi badak betina yang hanya 1 x 24 jam.

Di SRS, ini menjadi rentang waktu yang sangat berharga.

“Kalau sudah lewat, badak betina akan mengusir badak jantan atau bahkan berkelahi,” katanya.

Di SRS sendiri, lima kelahiran badak telah terjadi sejak tahun 2012.

Humas Balai TNWK, Sukatmoko, mengatakan, lima kelahiran itu adalah Andatu (lahir tahun 2012), Delilah (2016), dan Sedah Mirah (2022). Kemudian, Anggi, anak ketiga dari Ratu-Andalas (30 September 2023), dan Indra, anak dari Delilah-Harapan (25 November 2023).

“Anak-anak Badak Sumatera hasil program pengembangbiakan di SRS TNWK ke depannya dapat dilepasliarkan kembali ke habitat alaminya,” katanya.

Sumber : Kompas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *